magazine daily

Everyone's Entertained

Tuesday, 26 April 2016

best perfomance from CUPA BAND at sabang FAIR 2015

Sunday, 20 March 2016

Rumoh Aceh Bukan Sekedar rumah Adat Juga Mengandung Tehnologi Tinggi

Rumah tradisonal Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur). Atap rumah berfungsi sebagai tempat penyimpanan pusaka keluarga. 

rumoh aceh tidak hanya sekedar rumah biasa selain memiliki keunikan-keunikan arsitektur bangunan juga memiliki pesonasa keindahan tersendiri,serta yang paling menggaumkan memiliki tehknologi yang tinggi serta sanggat tahan dengan bencana seperti gempa. 
akan tetapi sagat disayangkan pada era sekarang ini mayoritas masyarakat aceh baik di pedesaan maupun di perkotaan justru tidak berminat lagi untuk membangun rumah yang mengandung nilai sejarah dan budaya ini,umumnya masyarat lebih memilih membangun rumah dengan model-model gaya eropa dan minimalis.maka sanggat jarang sudah kita jumpai rumah panggung adat walaupun hanya lah sisa rumah zaman dahulu yang sudah lapuk di makan usia.
hanya segelintir masyarakat aceh yang masih peduli dengan rumah adat ini terutama bagi pemerhati dan penaggung jawab nilai sejarah dan budaya,membangun rumah adat  tidak lagi membudaya di kalangan masyarak tanah rencong hanya saja lebih kepada melestarikan nilai peninggalan sejarah

 







Friday, 18 March 2016

Desra Erik Fendi: Seniman Muda Aceh



Desra Erik Fendi, sang ranger gondrong kreatif,  putera kelahiran Simeulue 14 September 1991 dari pasangan Bpk. Darmin dan Ibu Siti Rayati. “Atok”, panggilan akrab Desra Erik Fendi, penekun bidang seni ini menamatkan studi formal Sekolah Dasar, Menengah Pertama, dan Menengah Atas di Kepulauan wisata bahari Aceh Simeulue dan melanjutkan pendidikan kesenian di Universitas Syiah Kuala. Akibat minimnya narasumber di dunia pendidikan formal bidang seni di daerah Aceh, beliau  meninggalkan kampus dan memilh mengasah  kemampuan mengarasemen musik dan memainkan berbagai alat musik secara autodidak dan belajar langsung dari pelaku seni aktual di bidangnya. Gairahnya di dunia seni musik terbukti dengan susksesnya sebuah studio musik yang berlabel Y_Studio bersama rekan-rekannya yang lain. Hingga saat ini berbagai pelaku seni ternama di Aceh menggunakan jasanya di bawah naungan Y_Studio.
  

Bakat Bermusik


Kemahiran beliau dalam dunia musik telah mulai muncul sejak beliau menduduki Sekolah Dasar yang dapat dilihat dengan ketertarikannya terhadap berbagai alat musik. Ketika remaja beliau telah menguasai berbagai alat musik secara autodidak. Peran beliau sangat sentral di kalangan atifis kesenian pemuda Aceh. Setidaknya lima organisasi sendratasik (Seni Drama Tari dan Musik) yang pernah beliau ambil andil di dalamnya. Eksistensinya membuat pelaku seni dari negeri SMONG disegani oleh musisi-musisi papan atas di ibu kota setalh bergabung dalam sebuah studio berlabel Y_Studio di bawan asuhan Ya'qub Samalanga. Di sinilah nama Desra Erik Fendi atau sering disapa “Pak Des” mulai dikenal di kalangan selebritis lokal.

 Meski beliau memiliki integritas dan kridebilitas dalam dunia musik,  namun secara keseharian beliau sangat sederhana dan “low profile”. Beliau tak membatasi diri untuk bergaul dengan siapa saja.
Konstribusi Dunia Seni



Kesibukan utamanya menggarapan karya musik sesuai permintaan para artis. Beberapa di antaranya album Faisal Ulka, Kaffah Band, Taufiq R, dll. Keberadaan beliau di dunia musik melalui Y_Studio secara signifikan telah mewarnai dunia musik  Aceh yang porsinya semakin menyaingi porsi musik nasional khususnya di Aceh.

Hobi dan Keseharian
Meski beliau memiliki integritas dan kridebilitas dalam dunia musik,  namun secara keseharian beliau sangat sederhana dan “low profile”. Beliau tak membatasi diri untuk bergaul dengan siapa saja.Diselah-selah kesibukan beliau dalam mengrasmen musik ternyata beliau seorang gamer.
Di sela waktu luang, beliau selalu terlihat intim dengan smartphonenya memainkan game online kegemarannya. Game tersebut beliau manfaatkan sekaligus sebagai media silaturrahmi dengan teman-temannya di Seumeulu melalui fitur chatting.

Pesan Bagi Pemula Dalam Dunia Hiburan Aceh
          Secara khusus, sang ranger tak punya pesan yang begitu revolusioner. Berpikir positif, sederhana, dan jadi diri sendri dalam berkarya dalam dunia musik adalah modal yang sangat berharga.





Thursday, 17 March 2016

NATURAL TOURISM

Yook..kita hilangkan rasa penak di hutan kota BNI

Pemerintah kota banda aceh melalui dinas tata ruang sebaik mungkin menata kota banda aceh yang madani,bersih,nyaman dan asri,jelas dengan beberapa hutan kota di garap demi terciptanya kota yang bersih dan rindang salah satunya adalah hutan kota BNI yang terletak di desa tibang jelingke banda aceh.
desain hutan dan taman yang begitu menawan dengan bungga-bungga serta berbagai jenis pohon yang tumbuh di dalamnya sangat cocok untuk menikmati indahnya taman bersamakeluaga tercinta
lokasi yang di pusat kota
lokasi taman yang berdekatan dengan bibir pantai membuat taman kota ini semakin indah dan menari,sore harinya ramai di kunjungi oleh masyarat kota banda aceh terutama keluarga dan muda mudi.
bagi anda yang ingin belajar degan suasana alam terbuka semisal diskusi,belajar kelompok,dll tempatini begitu bersahaja.taman ini juga sering di gunakan oleh para fotografer untuk semisal prawed,berfoto bersama keluarga,dll







Wednesday, 16 March 2016

Pantai Pasir Putih Yang Indah dan Menawan

Pantai pesisir aceh besar yang satu ini berjarak sekitar 5km dari pelabhan International Malahayati bertepatan di krung raya kecamatan baiturrahman aceh besar.pastinya wajib untuk di kunjunggi bagi oleh setiap para wisatawan yang ingin melihat pasir pantai yang begitu putih di tambah lagi dengan bibir pantai yang luas akan terpesona bagi yang melihatnya
pantai yang luas dan indah sudah semestinya menjadi salah satu tempat pilihan untuk menghabiskan waktu libur akhir pekan bersama dengan keluarga tercinta.
pantai dan pasir serta pepohonan yang rindang ini nyaris belum sama sekali di sentuh oleh para tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab
destinasi wisata bahari yang satu ini masih di kelola penuh oleh masyarakat sekitar yang menghasilkan rupiah bagi masyarat-masyarat yang tinggal di situ.sekarang ini bisa dikatakan telah ramai di kunjungi oleh wisatan lokal khususnya masyarakat kota banda aceh dan sekitarnya terutama di saat waktu akhir pekan dan hari libur.akses yang bisa dikatakan tidak terlalu jauh dari pusat kota membuat pantai ini ramai di kunjunggi oleh masyarat kota
bagi anda yang belum mengunjungi tempat wisata yang satu ini bisa anda mencoba pastinya akan mendapatkan kesan yang indah.



Tuesday, 15 March 2016

Makam Syah Kuala Kuburan Keramat Ulama Besar Aceh

Adat Bak Po Teumeureuhom Hukom Bak Syiah Kuala, (Ada di Po Teumeureuhom, Hukum di Syiah Kuala), itulah kalimat pertama dilihat oleh setiap pengunjung saat hendak masuk dalam pekarangan makam seorang ulama kharismatik Aceh, bernama Syiah Kuala.

Makam ini juga sudah dijadikan objek wisata religi oleh Pemerintah Kota Banda Aceh. Setiap hari ratusan pengunjung selalu memadati area makam ini. Baik sekadar melihat, maupun hendak berziarah sembari membacakan zikir dan berdoa di makan ini.

Kemudian pengunjung langsung menuju ke sebuah gedung yang terbuat dari beton, di bagian depan dipasang besi jeruji terlihat jelas makam Syiah Kuala dan beberapa makam lainnya.

Di depan gedung ini terdapat sebuah pamflet dituliskan kisah dan sejarah makam ini. Termasuk tertera tanggal lahir, wafat bahkan jabatannya semasa Kerjaan Aceh Darussalam pada pemerintahan para Ratu. Ada 4 ratu Syiah Kuala menjabat sebagai Kadhi Malikul Adil masa itu.

Pengunjung kemudian memutar ke belakang dari arah samping gedung ini. Ada bak tempat wudu sebelum memasuki pintu masuk dalam makam ini. Tempat wudu pria dan wanita ini yang terbuat dari beton dipisahkan dengan 3 papan. Tempat wudu pertama terlihat adalah milik wanita dan sebelahnya milik pria.

Bak air ini selain untuk wudu, penziarah pun sering mencuci muka dengan harapan mendapatkan berkah dari Allah SWT. Meskipun pengelola mengingatkan air ini banyak ditemukan di tempat-tempat lain. Kalau pun ada kesembuhan, itu semua bukan karena air, tetapi karena Allah SWT.

"Ini air biasa, banyak terdapat di tempat lain, kalau pun mau cuci muka atau apapun, semua bermohonlah pada Allah, bukan pada air ini," kata pengelola makam, Teuku Abdul Wahed ben Teungku Keuchik Syech, Sabtu (14/3). Teuku Abdul Waded merupakan keturunan ke 7 dari Syiah Kuala yang bertugas menjaga dan merawat makam ini.

Sebelum memasuki ruang pintu masuk dalam makam, tertulis papan pengumuman agar semua pengunjung menggunakan pakaian yang muslim dan muslimah. Termasuk ada kertas tertempel larangan memotret di dalam makam ini.

Larangan memotret di dalam makam bukan tidak memiliki alasan. Petugas penjaga makam ini melarang memotret untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan disalah gunakan.


Monday, 14 March 2016

"asam keeung" bumbu sederhana cita rasa khas

belimbing(bahan dasar kuah asam keeung
Kuliner Aceh memiliki sejarah panjang kedekatan masyarakat Aceh dengan peradaban dan interaksi dengan bangsa atau suku pendatang seperti Arab, India, Cina dan bangsa Barat. Salah satu bukti pengaruhnya adalah tampilnya bumbu serta rempah-rempah dalam kuliner Aceh yang umum digunakan bangsa Arab dan India.Masam keueng mempuanya makna "asam" dan "pedas" kuniner yang satu ini mempunyai bumbu yang sangat sederhana akan tetapi memiliki tekstur rasa yang kuat dan khas,sehingga menjadi masakan khas bagi masyarakat tanak rencong.

.
 Tidak mengherankan bila banyak masakannya memakai bumbu rempah, seperti kayu manis, pala, adas, cengkih dan jintan Tapi, selain itu, ada satu rahasia yang membuat masakan Aceh terasa berbeda yaitu dengan menggunakan bahan masakan
dengan rasa yang unik dan khas ini,membuat lidah para pecinta kuliner sangat menggagumi masakan tanah rencong yang satu ini.tak terkecuali masyarakat aceh sendiri dan khususnya masyarakat indonesia.

Asam sunti adalah bumbu dapur khas Aceh yang terbuat dari belimbing wuluh yang dikeringkan. Selain sebagai bahan kuliner, belimbing wuluh juga memiliki khasiat untuk kesehatan. Secara tradisional tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai penyakit seperti batuk, diabetes, rematik, sariawan, sakit gigi, gusi berdarah, sampai tekanan darah tinggi. Bagi kebanyakan orang Aceh, hampir semua masakan dibuat dengan asam sunti untuk memberi rasa asam gurih.
asam sunti(belimbing yang sudah di keringkan)


memiliki kekayaan cita rasa kuliner sudah selayaknya aceh menjadi salah satu kawasan wisata kuliner yang patut untuk di pertimbangkan oleh para pencari dan pecinta masakan khas daerah indonesia.
udang tongkol asam keeung
"asam keueng"sejak lama sudah menjadi menu khas makanan para kerajaan aceh serta menu jamuan untuk para tamu-tamu yang berkunjung ke aceh.



Bahan-bahan masakan asam keeung


cabai rawit
jeruk nipis
asam sunti (belimbing yang dijemur hingga kering)
bawang merah
minyak masak
garam
bawang putih
air secukupnya









Sunday, 13 March 2016

Baiturrahman mesjid penuh nilai historis

Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah masjid Kesultanan Aceh yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam pada tahun 1022 H/1612 M. Bangunan indah dan megah yang mirip dengan Taj Mahal di India ini terletak tepat di jantung Kota Banda Aceh dan menjadi titik pusat dari segala kegiatan di Aceh Darussalam.


Sewaktu Kerajaan Belanda menyerang Kesultanan Aceh pada agresi tentara Belanda kedua pada Bulan Shafar 1290 Hijriah/10 April 1873 Masehi, Masjid Raya Baiturrahman dibakar. Kemudian, pada tahun 1877 Belanda membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman untuk menarik perhatian serta meredam kemarahan Bangsa Aceh. Pada saat itu Kesultanan Aceh masih berada di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat yang merupakan Sultan Aceh yang terakhir.
Sebagai tempat bersejarah yang memiliki nilai seni tinggi, Masjid Raya Baiturrahman menjadi objek wisata religi yang mampu membuat setiap wisatawan yang datang berdecak kagum akan sejarah dan keindahan arsitekturnya, di mana Masjid Raya Baiturrahman termasuk salah satu Masjid terindah di Indonesia yang memiliki arsitektur yang memukau, ukiran yang menarik, halaman yang luas dengan kolam pancuran air bergaya Kesultanan Turki Utsmani dan akan sangat terasa sejuk apabila berada di dalam Masjid in
Pada masa Kesultanan Aceh Darussalam, Selain Masjidil Haram di kota suci Makkah, Masjid Raya Baiturrahman ini juga menjadi salah satu pusat pembelajaran agama Islam yang dikunjungi oleh orang-orang yang ingin mempelajari Islam dari seluruh penjuru dunia.
Pada tanggal 26 Maret 1873 Kerajaan Belanda menyatakan perang kepada Kesultanan Aceh, mereka mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel Van Antwerpen. Pada 5 April 1873, Belanda mendarat di Pante Ceureumen di bawah pimpinan Johan Harmen Rudolf Köhler, dan langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman. Köhler saat itu membawa 3.198 tentara. Sebanyak 168 di antaranya para perwira. Namun peperangan pertama ini dimenangkan oleh pihak Kesultanan Aceh, di mana dalam peristiwa tersebut tewasnya Jenderal Johan Harmen Rudolf Köhler yang merupakan Jendral besar Belanda akibat ditembak dengan menggunakan senapan oleh seorang pasukan perang Kesultanan Aceh yang kemudian diabadikan tempat tertembaknya pada sebuah monumen kecil dibawah Pohon Kelumpang yang berada di dekat pintu masuk sebelah utara Masjid Raya Baiturrahman.
Sebagai markas perang dan benteng pertahanan rakyat Aceh, Pada saat itu, Masjid Raya Baiturrahman digunakan sebagai tempat bagi seluruh pasukan perang Kesultanan Aceh berkumpul untuk menyusun strategi dan taktik perang. Sejarah mencatat bahwa pahlawan-pahlawan nasional Aceh seperti Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien turut serta mengambil andil dalam mempertahankan Masjid Raya Baiturrahman.
Masjid Raya Baiturrahman terbakar habis pada agresi tentara Belanda kedua pada tanggal 10 April bulan Shafar 1290H/April 1873 M yang dipimpin oleh Jendral van Swieten. Tindakan Belanda yang membakar Masjid Raya Baiturrahman yang merupakan masjid kebanggaan milik Kesultanan Aceh Darussalam inilah yang membuat rakyat Aceh murka sehingga melakukan perlawanan yang semakin hebat untuk mengusir Belanda dari Kesultanan Aceh. Pembakaran Masjid Raya Baiturrahman yang dilakukan oleh pihak Belanda ini membuat salah seorang putri terbaik Aceh, Cut Nyak Dhien sangat marah dan berteriak dengan lantang tepat di depan Masjid Raya Baiturrahman yang sedang terbakar sambil membangkitkan semangat Jihad Fillsabilillah Bangsa Aceh.
“Wahai sekalian mukmin yang bernama orang Aceh! Lihatlah! Saksikan sendiri dengan matamu! Masjid kita dibakarnya! Mereka menentang Allah Subhanahuwataala! Tempatmu beribadah dibinasakannya! Nama Allah dicemarkannya! Camkanlah itu! Janganlah kita melupakan budi si kafir yang serupa itu! Masih adakah orang Aceh yang suka mengampuni dosa si kafir yang serupa itu? Masih adakah orang Aceh yang suka menjadi budak kafir Belanda?” (Szekely Lulofs, 1951:59).
Empat tahun setelah Masjid Raya Baiturrahman itu terbakar, pada pertengahan shafar 1294 H/Maret 1877 M, dengan mengulangi janji jenderal Van Sweiten dan sebagai permintaan maaf juga untuk meredam kemarahan rakyat Aceh maka Gubernur Jenderal Van Lansberge menyatakan akan membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman yang telah terbakar itu
Pernyataan ini diumumkan setelah diadakan permusyawaratan dengan kepala-kepala negeri disekitar Kota Banda Aceh. Di mana disimpulkan bahwa pengaruh Masjid sangat besar kesannya bagi rakyat Aceh yang 100% beragama Islam. Janji tersebut dilaksanakan oleh Jenderal Mayor Jenderal Karel Van Der Heijden selaku gubernur militer Aceh pada waktu itu dan tepat pada hari Kamis 13 Syawal 1296 H/9 Oktober 1879 M, diletakan batu pertamanya yang diwakili oleh Tengku Qadhi Malikul Adil.
Masjid Raya Baiturrahman ini selesai dibangun kembali pada tahun 1299 H dengan hanya memiliki satu kubah. Pada tahun 1935 M, Masjid Raya Baiturrahman diperluas bagian kanan dan kirinya dengan tambahan dua kubah. Perluasan ini dikerjakan oleh Jawatan Pekerjaan Umum (B.O.W) dengan biaya sebanyak F. 35.000,- (tiga puluh lima ribu gulden) dengan pimpinan proyek Ir. M. Thahir dan selesai dikerjakan pada akhir tahun 1936 M.
Usaha perluasan dilanjutkan oleh sebuah panitia bersama yaitu Panitia Perluasan Masjid Raya Kutaraja. Dengan keputusan menteri tanggal 31 Oktober 1975 disetujui pula perluasannya yang kedua dan pelaksanaannya diserahkan pada pemborong NV. Zein dari Jakarta. Perluasan ini bertambah dua kubah lagi dan dua buah menara sebelah utara dan selatan. Dengan perluasan kedua ini Masjid Raya Baiturrahman mempunyai lima kubah dan selesai dekerjakan dalam tahun 1967 M.
Rakyat Aceh berkumpul di pelataran Masjid Raya Baiturrahman
Dalam rangka menyambut Musabaqah Tilawatil Qur’an Tingkat Nasional ke-XII pada tanggal 7 s/d 14 Juni 1981 di Banda Aceh, Masjid Raya Baiturrahman diperindah dengan peralatan, pemasangan klinkers di atas jalan-jalan dalam pekarangannya. Perbaikan dan penambahan tempat wudu dari porselin dan pemasangan pintu krawang, lampu chandelier, tulisan kaligrafi ayat-ayat Al-Qur’an dari bahan kuningan, bagian kubah serta instalasi air mancur di dalam kolam halaman depan.
Pada tahun 1991-1993, Masjid Raya Baiturrahman melaksanakan perluasan kembali yang disponsori oleh Gubernur Dr. Ibrahim Hasan, yang meliputi halaman depan dan belakang serta masjidnya itu sendiri. Bagian masjid yang diperluas, meliputi bagian lantai masjid tempat Shalat, perpustakaan, ruang tamu, ruang perkantoran, aula dan tempat wudu. Sedangkan perluasan halaman meliputi, taman dan tempat parkir serta satu buah menara utama dan dua buah minaret. Sehingga luas ruangan dalam Masjid menjadi 4.760 m2 berlantai marmer buatan Italia, jenis secara dengan ukuran 60 × 120 cm dan dapat menampug 9.000 jamaah
Dengan perluasan tersebut, Masjid Raya Baiturrahman sekarang memiliki 7 kubah, 4 menara, dan 1 menara induk. Dari masa ke masa masjid ini telah berkembang pesat baik ditinjau dari segi arsitektur maupun kegiatan kemasyarakatan. Sesuai dengan perkembangan, luas area Masjid Raya Baiturrahman ± 4 Ha, di dalamnya terdapat sebuah kolam, menara induk dan bagian halaman lainya ditumbuhi rumput yang ditata dengan rapi dan indah diselingi tanaman/pohon hias.


Saat bencana tsunami meluluh lantakan Tanah Rencong Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 lalu, Masjid Raya Baiturrahman masih tetap berdiri dengan megahnya, ombak tsunami yang mulai membasahi Bumi Aceh sungguh tak mampu menghancurkan rumah Allah ini. Pada saat itu Masjid Raya Baiturrahman menjadi tempat bagi rakyat Aceh berlindung juga sebagai tempat evakuasi jenazah para korban tsunami yang bergelimpangan.
kabar baik di tahun 2015 kembali membuat rakyat aceh bahagia,betapa tidak pembangunan mesjid ini terus di perindah dengan di bangunnya 7 payung besar di halaman serta dilengkapi fasilitas-fasilitas penunjang lainya seperti parkir bawah tanah,tempat wudhuk,proyek pembngunan ini di prediksi selesai di tahun 2017.bagi masyarakat indonesia khususnya yang ingin merasakan betapa asri dan indahnya mesjid nabawi kota madinah tak perlu pergi jauh ke arab saudi cukup berkunjung ke mesjid raya banda aceh nantinya
Setelah melewati berbagai peristiwa-peristiwa bersejarah, sampai saat ini Masjid Raya Baiturrahman masih tetap berdiri kokoh sebagai simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme Suku Aceh
proses pembuatan payung dan parkir bawah tanah mesjid raya baiturrahman banda aceh

wikiliks..

Monday, 7 March 2016

CUPA BAND mutiara yang tenggelam di dasar lautan


Profil Selebritis: Cupa Band
Cupa Band adalah sebuah band yang berasal dari Banda Aceh beraliran etnik modern.segudang prestasi dan penghargaan telah mereka peroleh degan karya mereka yang mempunya nilai seni yang tinggi
Personil

Vocalis        : Jol Pase (Bireuen)
Gitaris         : Munawir Muksin (Banda Aceh)
Bassis          : Ahsan Khairun (Aceh Tenggara)
Keyboard    : Mas Adi (Banda Aceh)
Drummer    : Dakyul Nyakni (Aceh Tenggra)
Rapai           : Adi Subhan (Bireuen), Ridha Nur, Hanafi, Syahrul

Pada awalnya Cupa adalah sebuah komunitas  seni mahasiswa di UIN Ar-raniry Banda Aceh. Kemudian Hasan cs berinisistif membentuk sebuah band sebagai wadah untuk berkarya dalam rangka menerapkan minat, bakat, dan pendidikan seni yang telah mereka tempuh. Pada tahun 2001 terbentuklah Cupa Band.
Penggagas Cupa Band, yaitu Hasan Khairunnas, Dakyul, Syeh Haminim, Munawir

Personil Awal Cupa Band
Sumber: Google Image
Cupa Band mengeluarkan album perdana Agam Sidroe tepatnya pada 2 Juni 2010 dengan beberapa hits, yaitu Agam Sidroe, Nanggroe U be ok, dan Saleuem.

.grub band ini dahulunya adalah Icon dalam dunia blantika musik aceh,bisa di katakan setegah dari aliran musik yang mereka mainkan ruh musik aceh yang di padukan dengan alat2 musik modern.seperti persoalan-persoalan pelaku seni lainya di aceh faktor external dan internal menimpa grup ini satu persatu personil band bubar ke daerah masing,dikarnakan pangsa pasar musik aceh bisa dikatakan kurang bergairah dengan musik2 aliran musik tradisional di tambah lagi kurangnya kepedulian pemerintah terhadap para pelaku seni yang ada di tanah rencong.

Dakyul makruf pentolan Cupa"Dalam wawancara langsung kontributor wisata budaya dengan para personil Cupa Band,begitu sulitnya dan prustasinya mereka terhadap dunia seni di aceh seperti pembajakan,tarif show murah serta dukugan pemerintah dll.mereka berharap suatu saat,pemerintah serta masyarakat aceh sadar dan cinta terhadap musik kita sendiri."begitu pungkasnya,..pesan beliau terhadap pelaku seni Aceh terutama para pemula mengenai orisinalitas. Berkaryalah dengan imajinasi sendiri, hindari plagiatisme, bentuk krredibelitas dan nuansa menarik.